Selasa, 29 Juni 2010

Pemerintah Tak Berdaya Atur Perunggasan Nasional


-->
Bibit ayam DOC sulit dibeli peternak dan Mahal
Pada akhir Juni 2010
Bibit anak ayam/DOC saat ini menghilang serta harga naik, kondisi sekarang, sangat parah karena DOC mahal dan juga langka, sehingga peternak tidak bisa berbuat banyak. Sebenarnya banyak peternak telah gulung tikar. Menghadapi bulan puasa dan Idulfitri, saat ini banyak peternak rakyat sudah mulai berancang-ancang dan mempersiapkan kembali mengisi kandang dan sedikit berspekulasi. Hanya saja, kendala yang dihadapi peternak adalah kurangnya pasokan DOC. Yang terjadi saat ini, bukan hanya kurang pasokan, harga DOC sekarang juga naik mencapai Rp 4.500,- per ekor.
Kondisi ini telah terjadi dalam beberapa pekan yang lalu saat ayam penan cenderung naik, Sebagai perusahaan yang menguasai pangsa pasar Nasional, PMA integrator terbesar mengkatrol harga DOC dengan cara membeli dan memborong DOC dari beberapa Breeding Farm dengan harga diatas pasaran dan saat ini dia berani membeli Rp.4.500,-/ekor padahal harga pasar DOC Rp.4.200,-. PMA integrator terbesar ini benar-benar menjadi PMA predator untuk kuasai dan memonopoli bisnis perunggasan nasional yang beromset lebih dari Rp.120 Triliun. Posisi seperti ini dimanakah Pemerintah yang dikuasakan menjalankan UU ? Kemudian dimanakah KPPU yang diberi amanat untuk melaksanakan UU No.5 Tahun 1999 ? PMA ini juga termasuk perusahaan yang mengkatrol harga daging ayam karkas dikonsumen s/d Rp.30.000,-/kg. Mereka membuat seperti ini adalah sebagai politisasi mensiasati strategi untuk dapat memasukkan daging ayam impor dari negaranya, yaitu khusus daging ayam ex Thailand yang nantinya memanfaatkan Permen Mentan/Pemerintah untuk diijinkannya impor daging ayam bagi “program ketahanan pangan” (program yang labil) terutama menjelang periode momentum hari raya Idul Fitri.


Keuntungan besar dari situasi ini, keseluruhannya dinikmati oleh perusahaan breeding farm atau perusahaan besar PMA integrator yang menguasai usaha budi daya unggas dari hulu dan hulir. Perusahaan besar PMA itu, memiliki pabrik pembibitan, punya pabrik pakan, pabrik obat-obatan dan lainnya, sehingga biaya produksi mereka bisa murah.
“Ketika harga ayam di pasar mahal, jelas perusahaan besar itu yang menikmati keuntungan dari situasi sekarang, karena mereka punya stok ayam dengan biaya produksi murah, tetapi harga jual ke pasar murah. Perusahaan besar selama ini menjual ayamnya ke pasar tradisional yaitu pasar yang selama ini sebagai andalan peternak rakyat.
Adanya aksi demo dari para pedagang ayam dan pengumpul adalah tidak akan berpengaruh nyata terhadap turunnya harga ayam karena populasi produksi dari kandang peternak saat ini sangat kurang sebagai akibat selama 5 bulan peternak mandiri merugi terus sehingga sangat mengurangi kapasitas kandang.
Melambungnya harga ayam pedaging di pasaran, dikarenakan stok ayam di peternak berkurang sejak dua bulan terakhir. Banyak peternak ayam di sentra budi daya peternakan rakyat, berhenti budi daya (gulung tikar) atau mengurangi populasi, untuk mengurangi kerugian.
Karena stok ayam di peternak menurun drastis, sementara permintaan daging ayam tetap, maka dengan sendirinya harga ayam pedaging terus mengalami kenaikan. Bahkan, ada kemungkinan kenaikan ini terus berlanjut panjang, sebab DOC atau bibit ayam sekarang mahal yaitu satu ekor sampai Rp 4.500,00 sehingga peternak masih banyak beristirahat.
Diprediksi sampai dengan lebaran pasti kondisi harga karkas ayam akan terus seperti ini. Produksi ayam bukan tidak ada akan tetapi sudah beralih di monopoli oleh para integrator terutama oleh PMA Thailand yang menguasai 50% pangsa nasional dan pemerintah turut memfasilitasi kelompok integrator ini yaitu dengan disyahkannya UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Perda DKI No.4/2007 tentang ayam tidak boleh masuk wilayah Jakarta. Mogoknya pedagang telah diantisipasi oleh para PMA integrator dan dijadikan alasan untuk PMA buka lapak-lapak ayam di pasar serta makin direalisasikannya perda DKI.

Kondisi penguasaan PMA integrator dari hulu dan hilir ini, bukan hanya lahan budidaya peternak saja yang akan diambil oleh para integrator tapi lahan para pedagang ayam dan pengumpul salah satunya seperti yang tergabung dalam HPUJ juga menjadi sasaran mereka. Selanjutnya konsumen daging dan telur unggas secara nasional menjadi manusia perahan mereka dan ini sebagai dampak dari kolaborasi jahat Dwifungsi pemerintah dan pengusaha untuk langgengkan Kapitalisasi Industri Unggas dalam praktek kartel dan monopoli.
Ada Avian Influenza di BF Penyebab Berkurangnya Pasok DOC :
Dalam dua bulan terakhir ini sebanyak ±75% Breeding Farm (BF) kelompok G7 terkena penyakit AI (Flu Burung) dikandangnya termasuk kandang GPS (grand parent stock = 100% impor). Hampir semua strain unggas seperti Ross, Lohmann, Cobb, Hubbard, Hybro, Hysex dan lainnya yang masuk Indonesia terkena AI. Hal ini sebenarnya sejak awal sudah terjadi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang tiap tahun per musim pancaroba sering terjadi break (kekosongan) dikandang BF. Sementara dalam kebijakan pemerintah Cq. KOMNAS Flu Burung yang berganti dengan Komite Nasional Pengendalian Flu Burung (KNPFB) & Dirjennak penanggulangan AI hanya ditujukan dan fokus kepada peternakan rakyat (ring 3-4) saja. Termasuk Perda DKI No.4/2007 ayam hidup tidak boleh masuk Jakarta. Padahal sumber virus AI sebenarnya adalah dari ±75% kandang perusahaan BF. Kebijakan Perda DKI dan UU No.18/2009 adalah hasil konspirasi negatif antara dwifungsi pemerintah dan pengusaha (PMA integrator) dalam bisnis unggas beromset Rp. 120 Triliun per tahun. Pernahkah para wartawan dan publik mengetahui info seperti ini ? Inilah konspirasi jahat pemerintah dengan para pengusaha yang berupaya keras menutup-nutupi kebusukan AI ini sehingga mereka mampu mengalihkan AI (Flu Burung) hanya kepada ternak rakyat dan telah banyak unggas masyarakat dimusnahkan tanpa ada kompensasi kerugian. Seharusnya para perusahaan Breeding Farm inilah yang unggasnya harus dimusnahkan atau istirahat kandang dalam jangka panjang untuk memutus kelanjutan siklus hidup virus AI.

Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI)
---000---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar dengan bahasa yang santun.